Home > News

Wartawan Senior PWI Sampaikan Bahayanya Medsos Bagi Pelajar di SMP Negeri 22 Depok

Di antara dampak buruk media sosial dapat membuat penggunanya lupa waktu.
Syahruddin, ketiga kiri, berfoto bersama dengan kepala sekolah SMPN 22 Depok, Eriyasti, didampingi sejumlah dewan guru.
Syahruddin, ketiga kiri, berfoto bersama dengan kepala sekolah SMPN 22 Depok, Eriyasti, didampingi sejumlah dewan guru.

Wartawan Senior PWI Sampaikan Bahayanya Medsos Bagi Pelajar di SMP Negeri 22 Depok

DEPOK--Materi Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Tahun Ajaran Baru di SMP Negeri 22 Depok pada hari ketiga, Rabu (17/7) diisi tentang Cara Bijak Bermedia Sosial. Materi disampaikan oleh wartawan senior PWI Depok, Syahruddin pada acara MPLS di SMP Negeri 22 Depok, didampingi Seksi Bidang Olahraga PWI Kota Depok, Bambang Banguntopo.

Dalam penjelasannya, Syahruddin menyampaikan tentang bahayanya media sosial bagi pelajar. Ia menjelaskan, banyak pelajar yang menggunakan media sosial setiap hari hingga berjam-jam lamanya. "Ada yang hingga 7-8 jam sehari. Ini cara yang tidak baik bagi pelajar," kata dia.

Karena itu, Syahruddin mengajak para siswa SMPN 22 Depok agar cerdas dan bijak serta bertanggung jawab menggunakan media sosial. "Mengatur waktu sebaik mungkin dalam bermedia sosial itu sangat penting, dibandingkan keasyikan bermain media sosial melalui smartphone," ujarnya.

Dijelaskannya, di antara dampak buruk media sosial adalah membuat pelajar lupa waktu. "Lupa waktu makan, lupa waktu belajar, lupa waktu beribadah, karena asyiknya bermain media sosial," ujarnya.

Syahruddin saat menyampaikan materi didampingi Bambang Banguntopo.
Syahruddin saat menyampaikan materi didampingi Bambang Banguntopo.

Akibat lupa waktu pula, maka dampak buruk yang ditimbulkannya adalah pelajar menjadi kurang tidur. "Seharusnya dalam sehari istirahat atau tidur maksimal delapan jam. Tetapi karena media sosial, banyak pelajar yang mengalami gangguan tidur, kurang tidur akibat media sosial," ujarnya.

Karena kurang tidur itu pula, tambah Syahruddin yang juga Ketua Umum Yayasan Rumah Berkah Nusantara ini, banyak pelajar yang mengantuk di kelas saat jam pelajaran. "Akibatnya dia tidak bisa fokus, tidak bisa konsentrasi dalam belajar," terang owner sajada.id ini.

Hal buruk lainnya, kata dia, seorang pelajar dapat mengalami gangguan pikiran yang membuat pelajar terhipnotis oleh informasi yang tidak benar. Karena itu, Syahruddin mengajak para siswa untuk bersama-sama mengatur waktu dalam bermain media sosial.

"Saat berkumpul bersama teman, hindari memegang smartphone, jauhkan dari jangkauan agar kebersamaan dengan teman menjadi lebih intens," ungkapnya.

Kepsek SMP Negeri 22 Depok, Eriyasti, M.Pd, didampingi sejumlah dewan guru SMP Negeri 22 mengaku senang dengan materi yang disampaikan karena dapat membuat siswa memahami bahayanya media sosial atau terlalu asyik bermain HP.

"Kami sangat berterimakasih atas materi yang disampaikan karena membuat para siswa mengerti dampak buruk media sosial," ujar Eriyasti.

Sejumlah siswa-siswi SMPN 22 juga bergembira dengan materi yang didapatkan, sebab membuat mereka mewaspadai akan bahayanya media sosial.

Khansa, misalnya, mengaku akan lebih bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial. "Selama ini kita asyik saja main, tanpa memikirkan dampaknya. Ternyata, bermain HP terlalu banyak dapat merugikan diri sendiri," ujar siswi yang bercita-cita menjadi polisi ini.

Pemateri berfoto bersama dengan siswa SMPN 22 Depok saat kegiatan MPLS hari ketiga.
Pemateri berfoto bersama dengan siswa SMPN 22 Depok saat kegiatan MPLS hari ketiga.

Terpisah, Sekretaris Disdik Kota Depok, Sutarno menegaskan, ini kali pertama Disdik Kota Depok mengandeng PWI Kota Depok untuk terlibat sebagai guru dihadapan para siswa baru SMPN.

× Image