Bulan Rajab dan Kisah Wafatnya Umar bin Abdul Aziz
Bulan Rajab dan Kisah Wafatnya Umar bin Abdul Aziz
Oleh Syahruddin El Fikri
SAJADA.ID—Sahabat yang dirahmati Allah SWT.
Bulan Rajab adalah salah satu bulan yang istimewa dan mulia. Tetapi, pada bulan rajab ini pula mengingatkan kita pada salah satu peristiwa duka di masa Dinasti Umayyah. Salah seorang khalifah terbaiknya, yakni Umar bin Abdul Aziz, berpulang ke rahmatullah. Kehidupannya yang jauh dari hidup mewah dan glamor kerajaan, membuat Umar enggan menggunakan fasilitas negara. Bahkan saat ia wafat, tak meninggalkan banyak harta untuk diwarisi putra-putranya. Ia disebut-sebut sebagai salah satu dari khalifah yang adil dan sebagian menganggapnya khalifah kelima dari khulafaur rasyidin.
Seperti dikutip NU online, yang bersumber dari Al-‘Alamul Islami fil ‘Ashril Umawi Dirasah Siyasiyyah, karya Dr. Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif, [Halab: Darussalam, 2008], h. 163), khalifah kedelapan Dinasti Umayyah ini wafat pada tanggal 25 Rajab tahun 101 H di Deir Sam’an, Provinsi Homs, Suriah. Disebutkan, ia meninggalkan 14 orang putra. Posisinya sebagai khalifah kemudian digantikan oleh sepupunya, Yazid bin Abdul Malik.
Baca Juga: Umar Menangis karena Mendengar Nasihat Perempuan Tua
Para ulama berbeda pendapat mengenai faktor kematiannya. Imam Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah menjelaskan bahwa penyebabnya adalah karena mengidap Tuberkulosis (TBC), salah satu penyakit yang mematikan. Adapula yang mengatakan sang khalifah diracun oleh salah seorang budak miliknya. (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 2015], juz V, h. 222).
Ibnu Katsir mengisahkan, seorang budak mencampur racun pada makanan atau minuman Umar demi bayaran sebesar 1000 dinar. Sebelum meninggal, Umar bertanya kepada si budak, “Celaka! Apa yang mendorongmu untuk melakukan ini?” Budak menjawab, “Aku dibayar 1000 dinar untuk melakukannya dan dijanjikan akan dibebaskan.” Kendati demikian, Umar tidak marah. Ia justru menyuruh budak tersebut untuk melarikan diri agar nyawanya selamat. “Pergilah agar tidak ada orang yang melihatmu dan nyawamu selamat,” pinta Umar. (Ibnu Katsir, juz V, h. 222).
Menurut sejarawan kontemporer, Abdussyafi, riwayat yang mengatakan Umar bin Abdul Aziz dibunuh karena diracun oleh budaknya adalah dusta. Ia berpendapat, kematian Umar disebabkan karena dia terlalu memforsir tenaganya untuk mengurusi rakyat, sering begadang untuk mengurusi negara, serta pola makannya tidak teratur akibat kesibukannya tersebut. (Dr. Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif, h. 162-163).
Baca Juga; Umar tak Berkutik di Hadapan Orang Ini
Begitu merasa usianya tidak lama lagi, Umar meminta untuk didudukkan. Setelah didudukkan, Umar berkata, “Duhai Tuhanku, Engkau menyuruhku beribadah, tapi aku lalai. Engkau pun melarangku berbuat dosa, tapi aku tak patuh.” Ia mengatakan demikian sampai tiga kali. “Tapi, tidak ada Tuhan selain Allah,” sambungnya.
Lalu ia menengadahkan wajahnya ke atas dengan tatapan yang tajam. Orang-orang di sekitarnya heran dan berkata, “Pandanganmu begitu tajam, wahai amirul mukminin.” Umar menjawab, “Aku melihat ada yang datang, ia bukan dari bangsa manusia atau jin.” Seketika itu pula ia menghembuskan napas terakhir. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. (Ibnu Katsir, juz, V h. 223).
Dalam riwayat lain dijelaskan, menjelang kewafatannya, Umar meminta untuk ditinggal sendirian di kamar. “Keluarlah, tinggalkan aku sendiri,” pinta sang khalifah pada orang-orang di sekitarnya. Mereka pun keluar, sementara Maslamah bin Abdul Malik dan saudara perempuannya, Fathimah, menunggu di pintu.