Fatimah Kagum dengan Ummu Mutiah, Wanita Mulia Penghuni Surga
Ummu Muti’ah, Wanita Mulia Penghuni Surga
Oleh Syahruddin El Fikri
SAJADA.ID--Sahabat yang dirahmati Allah SWT.
Sayyidah Fatimah az-Zahra adalah putri kesayangan Rasulullah SAW. Walaupun putri seorang Rasul, Fatimah tidaklah manja. Ia memiliki budi pekerti yang mulia dan mengagumkan. Fatimah dikenal sebagai perempuan yang sederhana, sabar, tabah, dan taat kepada Allah.
Pada suatu hari, Fatimah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang perempuan ahli surga. “Wahai Rasulullah, siapakah perempuan pertama yang memasuki surga setelah Ummahatul Mukminin (istri-istri Nabi SAW)?” Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Fatimah, jika engkau ingin mengetahui perempuan pertama yang masuk surga setelah Ummul Mukminin, ia adalah Ummu Muti’ah.”
Baca Juga: Kisah Umar yang Menangis karena Nasihat Perempuan Tua
Mendengar jawaban Rasulullah SAW membuat Fatimah penasaran dan mencari tahu amalan seperti apakah hingga membuatnya menjadi perempuan pilihan yang masuk surga pertama kali. Berhari-hari Fatimah berkeliling Madinah untuk mencari keberadaan Muti’ah. Dari informasi yang didapatkan, Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Muti’ah di pinggiran kota.
Atas izin suamiya, Ali bin Abi Thalib, Fatimah mengajak Hasan, putranya, untuk bersilaturahim ke rumah Muti’ah. “Assalamu’alaikum, ya ahlil bait.” Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang perempuan, “Wa’alaikassalaam, siapa di luar?”
Fatimah menjawab, “Aku Fatimah, putri (Nabi) Muhammad SAW.” Muti’ah menjawab, “Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta.” Namun, Muti’ah belum membukakan pintu, dari dalam rumah Muti’ah kembali bertanya, “Anda seorang diri atau bersama yang lain?” Fatimah menjawab, bahwa dirinya datang bersama dengan Hasan, putranya.
Baca Juga: Gadis Cantik dari Bani Nakha
Mengetahui hal itu, Mutiáh berkata; “Maafkan diriku wahai Fatimah, aku tidak bisa membukakan pintu untukmu. Sebab, aku belum mendapat izin dari suamiku untuk menerima tamu laki-laki, dan saat ini suamiku tidak berada di rumah.”
“Tetapi Hasan anak-anak,” balas Fatimah.
“Walaupun anak-anak, dia laki-laki juga. Besok saja kembali setelah aku mendapat izin dari suamiku untuk Hasan,” timpal Muti’ah.
Apa yang dikatakan Muti’ah memanglah benar, seperti yang diajarkan ayahnya Fatimah, yakni Rasulullah SAW, bahwa Beliau tidak membolehkan seorang istri memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah atau tanpa izin sang suami. Akhirnya Fatimah pulang dan berniat kembali esok hari.
Keesokan harinya, Fatimah mengunjungi rumah Ummu Muti’ah, kali ini bukan hanya Hasan yang ikut, Husein juga meminta ikut. Fatimah datang dengan harapan Muti’ah sudah mendapatkan izin dari sang suami. Namun usaha Fatimah kembali gagal, Muti’ah tetap tidak mau membuka pintu karena izin yang diberikan suaminya hanya untuk Hasan, dan tidak untuk Husein.
Fatimah memikirkan begitu mulianya perempuan ini, menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW dan tunduk serta tawaddu’ kepada suaminya. Pada hari ketiga, Fatimah kembali lagi bersama kedua putranya ke rumah Muti’ah pada sore hari, dan mereka dipersilakan masuk. Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dan dia terkagum atas sikap Muti’ah.
Muti’ah didapati sedang berdandan sangat rapi dan mengenakan pakaian terbaik yang dia punya serta memakai wewangian yang sangat harum. Dalam kondisi tersebut Muti’ah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia akan menyambut suaminya.
Baca Juga: Kisah Pertobatan Malik bin Dinar
Muti’ah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil memuntun suaminya ke kamar mandi. Muti’ah juga menuntun suaminya menuju ke tempat makan, dan sudah disiapkanya makanan dan minuman yang dimasaknya seharian. Setelah semuanya selesai Muti’ah memberikan cambuk sepanjang dua meter kepada suaminya dengan mengatakan.
“Wahai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepan mu. Sekiranya engkau tidak suka atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku.”